ARSITEKTUR GEREJA KATEDRAL, JAKARTA
Awalnya saya tidak mengetahui apapun tentang Gereja Katedral. Tetapi setelah mencari informasi lewat internet dan sebagainya, saya tahu sedikit tetang arsitektur Gereja Katedral ini. Gereja Kathedral ini memang terlihat indah jika dilihat secara arsitektur, maka saya akan membahas sedikit tentang arsitektur Gereja ini.
Gereja Katedral merupakan salah satu simbol gereja kristen-katolik. Gereja ini diresmikan pada tahun 1901, dan Gereja ini dikenal sebagai salah satu bangunan yang elegan dan cantik. Gaya arsitektur Gereja ini disebut Neogotik. Neogotik merupakan “tiruan gaya gotik”. Pada akhir abad ke-19, mengejar bentuk adalah lazim, tidak lahir dari konstruksi murni. Dalam arsitektur asli Gotik, menara dibuat dari susunan batu alam secara filigran (rajutan halus). Tetapi pada Gereja Katedral sudah diganti dengan bahan modern, yaitu baja. Di Eropa, baja yang dikonstruksikan dengan hiasan seolah-olah pahatan batu. Gaya seperti ini yang membuat pengaruh besar di dalam pembuatan sebuah bangunan. Bangunan Gereja Katedral ini seperti bangunan Gereja di Eropa, Gereja Katedral ini mempunyai ciri :
- Teritis atap yang kecil
- Jendela tinggi lebar
- Dibagian barat Gereja Katedral, terdapat jendela rosetta yang besar dihiasi kaca patri yang indah
- Hiasan dinding berupa lukisan keramik karya Th MolKeboer yang dikerjakan di Belanda. Gayanya sudah mendekati gaya Jugendstil/Amsterdamsche School yang lebih modern.
Gereja Katedral mempunyai ukuran yang cukup besar, mempunyai kapasitas 900 orang dengan bangku yang cukup kokoh, ketinggian ruang Gereja ini sangat mengagumkan.
Dalam garis besarnya, Gereja Katedral ini merupakan jenis Gereja salib yaitu ruangannya berbentuk sebuah salib, dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Gereja ini mempunyai balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Ruangan altar menempati bagian atas batang salibnya. Arah bangunan dari segi panjang diletakkan pada sumbu timur-barat yang mengurangi terik Matahari langsung. Sistem pembangunan Gereja ini sangat mengacu pada arsitektur Barat.
Gereja Katedral ini memiliki 3 menara, yaitu :
- Menara Benteng Daud
- Menara Gading
- dan Menara Angelus Dei
Di Menara Gading terdapat jam yang seharusnya tertulis van Arcken % Cie dan terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbangkan oleh Tuan Chasse. Pada Menara Daud, terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah dari Tuan J.H de Wit.
Di bagian depan Gereja ini terdapat Patung Kristus Raja. Juga terdapat patung Maria dan ada tulisan Beatam Me Dicentes Omnes’ yang berarti “Semua keturunan menyebut aku bahagia”.
GEREJA KATEDRAL SEBAGAI PENANDA KOTA JAKARTA
Gereja Katedral merupakan penanda (landmark) megah di Jakarta, di depan halaman yang luas, sekarang lebih dikenal dengan lapangan Banteng.
Pada zaman Jepang, Gereja ini sempat dicat hijau untuk perlindungan dari pengeboman pada malam hari. Warna hijau tersebut masih bertahan hingga setelah kemerdekaan sampai pemugaran tahun 1988, yang kemudian Gereja ini dicat warna semen sehingga lebih terasa sebagai batu alam.
Konstruksi Gereja Katedral ini terdiri dari dinding batu bata tebal yang kemudian diplester dan diberi pola seperti susunan batu alam. Kuda-kuda kayu jati terbentang lebar dan dikerjakan oleh tukang-tukang kwongfu. Sadar akan harga diri profesinya, mereka dengan bangga membuat inskripsi tanda nama mereka menggunakan huruf Mandarin.
Atap Gereja ini ditutup dengan sirap, dan pada waktu pemugaran, sudah terdapat banyak bocoran pada atap tersebut. Hal ini diperkirakan terjadi pada sambungan-sambungan peralihan dengan menara kecil baja dan sebagainya. Bocoran yang terjadi kemungkinan dikarenakan terlalu dipaksakan dalam pembuatannya demi mengejar bentuk dan bahan, tetapi tidak terselesaikan walaupun sudah ada pemugaran besar-besaran pada tahun 1925. Karena kebocoran sudah sangat mengganggu, pemugaran pada tahun 1988 di usulkan untuk mengganti seluruh atap dengan lapisan tembaga, seperti pada bangunan besar di Eropa. Penggantian tersebut memberikan hasil yang cukup memuaskan hingga sekarang. Oksidasi awalnya akan membuat warna kecoklatan. Lapisan ini selanjutnya merupakan perlindungan permanen terhadap bahan itu sendiri. Rancangan bentuk pagar Gereja Katedral ini disebut “konsektual”, dengan berbagai alternatif memerlukan waktu enam bulan tersendiri.
GEREJA KATEDRAL SEBAGAI CAGAR BUDAYA
Gereja Katedral ini dilindungi hukum karena merupakan cagar budaya dan penanda penting dalam tatanan Kota Jakarta. Gereja Katedral ini juga merupakan simbol yang tidak dapat dipisahkan dari kerukunan antar-agama.
Dalam segi perkembangan arsitektur di Indonesia, Gereja Katedral merupakan contoh bangunan gaya Eropa yang tidak disesuaikan dengan kondisi tropis-budaya. Dalam perkembangannya, Gereja-Gereja yang dibangun dengan gaya Neo-gotik mencoba mengintegrasikan diri dengan kebudayaan setempat.
sumber :
- http://www.arsitekturindis.com/?p=122
- http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Katedral_Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar